Low-code dan no-code adalah pendekatan revolusioner dalam pengembangan perangkat lunak yang memungkinkan siapa saja—termasuk mereka yang tidak memiliki latar belakang pemrograman—untuk membuat aplikasi digital dengan cepat dan efisien. Berbeda dengan metode tradisional yang mengandalkan penulisan kode secara manual, pendekatan ini menggunakan antarmuka grafis, fitur drag-and-drop, dan komponen siap pakai.
Platform seperti OutSystems, Microsoft Power Apps, Appgyver, dan Bubble menjadi populer karena mempermudah organisasi dalam mengembangkan solusi teknologi tanpa perlu membangun semuanya dari awal. Dengan menggunakan platform ini, pengguna dapat membuat aplikasi web, aplikasi seluler, hingga dashboard bisnis hanya dalam hitungan hari atau minggu.
Perbedaan antara Low-Code dan No-Code:
- Low-Code: Memungkinkan pengembangan aplikasi dengan sedikit kode. Cocok untuk pengguna teknis atau developer yang ingin mempercepat proses pengembangan. Biasanya digunakan dalam proyek bisnis berskala menengah hingga besar.
- No-Code: Tidak memerlukan pengetahuan pemrograman sama sekali. Cocok untuk pengguna bisnis (citizen developer) yang ingin membangun aplikasi sederhana tanpa melibatkan tim TI.
Manfaat utama Low-Code/No-Code:
- Akselerasi digitalisasi
- Efisiensi biaya
- Pemberdayaan pengguna bisnis
- Kolaborasi yang lebih baik
Oleh karena itu, meskipun platform low-code/no-code sangat bermanfaat, penting untuk tetap melibatkan developer profesional dalam tahapan perencanaan, pengujian, dan pengamanan aplikasi, terutama untuk aplikasi berskala besar atau publik.
Low-code dan no-code adalah solusi inovatif yang menjawab kebutuhan dunia bisnis modern untuk berinovasi secara cepat dan hemat biaya. Teknologi ini telah mengubah cara organisasi membangun aplikasi, membuka jalan bagi kolaborasi lintas departemen, dan mempercepat transformasi digital. Namun, untuk memaksimalkan potensinya, organisasi perlu menyusun strategi pengembangan aplikasi yang seimbang antara kemudahan, fleksibilitas, dan kontrol keamanan.